Kamis, 11 Desember 2008

persimpangan




kamu pikir sudah tidak ada lagi tikungan,,
hari ini ada, mungkin besok juga ada,,
yakin lah tiap saat ada,,

setir motor harus bengkok saat tikungan,,
bukan untuk trend atau gaya,,
tapi untuk menyesuaikan diri saat tikungan,,

kamu pikir sudah tidak ada lagi tikungan,,

Minggu, 05 Oktober 2008

Habis Gelap Adakah Terang?

DUA puluh dua tahun genap usia saya. Pikiran itu muncul seketika, saat saya berusaha melewati malam ini dengan sepeda motor di Kampung Strawbery di suatu daerah yang sangat sejuk di belahan barat pulau Jawa.

Sebuah tenda kecil menyediakan hidangan kopi menjadi persinggahan saya. Memandangi pegunungan yang diterangi lampu rumah penduduknya. Tentram. Indah. Terutama karena sendiri. Kesejukan semakin terasa dengan adanya lantunan ayat suci Al Qur’an dari sebuah masjid mungil. Pengajian malam minggu di sebuah kota yang mulai berbalut kabut.

Entah kenapa ingin rasanya menghabiskan malam sendiri. Saya hanya ingin merenung. Dan pikiran itu melayang ke usia dua puluh dua tahun lebih dua bulan dua puluh hari tepat pada hari ini.

Mungkin terlambat untuk mencoba mencari tau apa makna kehadiran saya. Berusaha mengulang memori kenangan yang paling indah. Saat membuat orang tertawa. Mencoba mencari perbuatan baik yang pernah saya lakukan.

“Cobaan terberat tidak Tuhan lakukan dengan azabnya. Tapi, mana kala Tuhan akan menguji kita dengan kenikmatan.”

Ungkapan ustad tersebut terdengar jelas dari sebuah toa masjid. Dalam. Kata-kata itu begitu akrab di telinga saya. Coba saya mengeja kata per kata kalimat itu.

Hingga membenturkan memori saya pada ingatan seorang lelaki yang begitu sering mengajarkan tentang petuah itu. Kata-kata yang tidak pernah tak lupa dia ucapkan usai kami sekeluarga salat berjamaah kira-kira 10 tahun yang lalu. Terlampau sering sampai aku tidak dapat merealisasikannya.

Terlalu cengeng untuk menangis, di tepi jalan disakisikan sepotong bulan sabit yang seolah cuek. Tapi saya tidak tahan. Saya tidak puas dengan realita dan kehendak yang saya dapatkan.

Adakah ini sebuah teguranMu. Adakah ini pertanda aku orang yang dzalim akan nikmat dan karuniaMu.

Selasa, 23 September 2008

Latah

081241503xxxxx
“Boss... Bisa dihubungi ini. Anggota DPRD Sulsel Alimuddin 081342788181 dan Arfandi Indris 0811444266, ini terkait dengan PSM. Mereka mau bicara ............”

PENGGALAN sms itu merupakan yang kesekian kalinya masuk ke handphone saya. Sejak pagi telah puluhan telepon masuk dari orang-orang di lembaga terhormat berbicara soal PSM. Ngomong tentang tim kesayangan saya yang saat ini sedang dilanda masalah sedikit memalukan. Terlanda krisis keuangan. Kendala yang sebelumnya tidak pernah dialami tim kesayangan saya ini sejak 1915. Keseluruhannya menaruh simpati dan siap membantu PSM.

Sejak diumumkan mengalami defisit dana, PSM langsung banjir respon. Saya luar biasa terharu dan bangga. Orang Sulsel tentu tidak sangat peduli terhadap PSM. Terakhir seorang anak Bupati mengaku siap mengambil alih PSM. Usainya baru 23 tahun. Tua setahun dibanding saya. Tapi apa dia tulus mengambil alih PSM.

Semua yang siap membantu kan orang yang mau bertarung dipesta demokrasi 2009. Apa cuma nebeng popularitas. Lantas sehabis itu bagaimana?

Saya coba menepis. Toh Nabi pun menjanjikan pahala walaupun sekadar niat.

Agak Beda (Kayaknya)

RAMADAN tinggal tujuh hari lagi. Jadi malu, belum bisa menjalankan ibadah dengan maksimal. Jangan kan ngaji (seperti yang orang-orang terkasih minta) salat saja masih bolong-bolong. Gak ada progress padahal sudah S.Si, hehehehe.... (enak toh jadi mahasiswa tidak ada beban).

Dua edisi lebaran terakhir memang agak beda. Jadi ingat tahun lalu, lebaran saya habiskan dengan menjaga rumah dosen yang lagi mudik. Bersama empat orang yang tidak tahu kenapa mau ikutan. Lebaran tahun lalu dua versi. Waktu itu ajaran ormas yang dianut (alm) Bapak (dan sebagian besar keluarga) lebaran lebih awal. Jadilah sebagai penganut setia ajaran BApak, emak dan anak-anaknya berlebaran lebih awal. Tapi saya tidak. Ikut pemerintah. Biar dosanya mereka yang tanggung kalo salah. Jadinya lebaran sendiri. Tapi, lebaran tahun lalu masih enak. Masih bisa nangis saat pulang salat id. Minta maaf sama emak atas semua salah.

Sekarang lain. Emak dan anak-anaknya kembali kecuali saya mengunjungi abang yang lagi dinas di pulau seberang. Jadinya mereka lebaran disana. Saya. Tentu sendiri. Tapi dijamin beda. Soalnya dapat tugas dari kantor mantau lebaran di Makassar. Tepatnya di Karebosi. Pasti lebih asyik. Punya kesibukan. Tapi! Pasti beda. Saya kangen. Saya rindu. Mau menangis dipelukan emak lagi saat Tuhan memvonis 1 Syawal hari manusia balik fitrah. Maafkan saya yah, Mak. EMak...

Selasa, 16 September 2008

PUDAR


DULU saya cukup bangga jadi suporter PSM. Sampai beberapa hari lalu, saya tetap menganggap kalau suporter PSM masih salah satu yang terbaik di Indonesia. Sampai dalam tiga tahun terakhir, saya tidak peduli dengan masukan banyak orang agar memuat tulitas agar mengkritik suporter karena mereka banyak yang manjat masuk Stadion Andi Mattalatta.

Saya tidak mau menyorot banyaknya tiket palsu yang beredar sebelum pertandingan. Apalagi banyaknya tiket gratis yang didapatkan, juga saya coba untuk tutup mata. Toh saya yakin semua mereka lakukan karena kecintaan pada PSM.

Tapi, malam tadi semua kebanggaan saya luntur. Seiring tangis Syamsul Chaeruddin di kamar ganti. Pemain merasa tidak lagi dapat roh Andi Mattalatta. Tidak ada lagi spirit saat PSM ketinggalan. Yang ada jusrtu lemparan batu. Aksi pengrusakan. Anarkisme..

Jumat, 05 September 2008

selamat






Funscrape.Com  |  More Graduation Comments


Selamat dan sukses untuk mereka yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa..

Selasa, 15 Juli 2008

si dia dan angan

Tidak pernah terbayangkan terperangkap dalam sebuah percakapan bersama seorang pria yang menyukai sesama jenis. Tetapi hal itu tidak bisa terelakkan dalam sebuah acara syukuran teman-teman yang baru saja menuntaskan penantian panjang melapas status beberaapa waktu lalu. Status yang dulu yang sangat dibanggakan, mahasiswa.
Sedikit risih tetapi mau tidak mau saya berusaha menemani dia bercerita dan mengeluarkan uneg-unegnya. Maklum saya pernah berutang jasa lulus sebuah mata kuliah dasar karena dia. Ok kita sepakat menyebut si X sebagai dia. Selain itu biar bagaimana pun dia juga manusia yang pantas kita perhatikan. Niat iseng ini juga muncul untuk tahu bagimana sih isi dari kepala orang seperti dia yang dianggap aneh oleh orang lain.
dia : Guf, kira-kira tipe cowok mana yang cocok untuk saya.
saya : Mana saya tahu. Karena saya tidak tahu persis karakter ta bagaimana.
dia : kalo saya sih sukanya seperti yang dibelakang mu (menunjuk teman yang berinisial I**n T****m)
saya : oh kalo itu gampang mi saya uruskan ki. Teman ku ji itu.
dia : iyo nah kasi k nanti nomor hpnya. Tapi kayaknya tidak mau ki. Soalnya selama ini sombong sekali. Masa saya ajak jalan tidak mau lari lagi sambil buang muka.
saya : cara ta’ mungkin salah.
dia : harusnya bagimana?
saya : harusnya pelan-pelan jangan langsung begitu. Pasti mi orang lari. Kasi perhatian dulu.
dia : oh begitu di’. Btw kenapa ko tidak risi cerita sama saya?
saya : memang kenapa?
dia : biasanya kan banyak orang yang takut ceita sama saya..
saya : karena takut dibilang tidak normal?
dia : menurutmu saya tidak normal kah?
saya : menurut ta?
dia : menurutku tidak ji, cuma agak ‘bengkok’ tidak ‘lurus’ seperti kalian yang suka cewek.
saya : kenapa pilih jalan bengkok?
dia : karena di posisinya cewek itu lebih disayang. Saya orangnya mau di manja.
saya : kenapa tidak belajar memanjakan orang sebagai cowok?
dia : (diam sejenak). Mau ja sebenarnya tapi saya harus cari cinta sejati ku dulu di jalan bengkok baru saya ke jalan lurus.
saya : kenapa tidak langsung ke jalan lurus?
dia : biar saya puas-puaskan dulu di jalan bengkok. Sudah itu mau ma lurus
saya : !!
dia : tapi kira-kira kalo saya lurus ada ji yang mau terima k?
saya : pasti ada.
dia : yang bagimana orangnya kira-kira? Trus bagaimana kalo dia tahu saya dulu begini?
saya : kalo yang bagaImana orangnya tergantung. Lebih bagus dia tahu supaya tidak menyesal. trus tugas ta mi untuk yakinkan.
dia : iyo di’ (ketawa)
dia : kalo begitu mau ma cari cinta sejati ku deh cepat baru ke jalan lurus.
saya : !!!
dia : pokoknya kalo saya dapat mi salah satunya dari I**n T****m, kau, j***l, H***i atau L***s, berhenti ma di jalan bengkok. Mau k tobat.
saya : !!!!
dia : (diam) tapi kira-kira diterima ji tobat ku
saya : !!!!!!!!

Minggu, 01 Juni 2008

konsisten

SEBUT saja dia twk. Kami kenalan tiga tahun yang lalu. Orang yang easy going sehingga sangat mudah akrab dengan siapa saja. Dia seorang tukang ambil gambar terbaik yang pernah saya kenal. Ini bukan hanya versi saya. Ini kalau melirik penghargaan yang diterimanya, beberapa tahun ini. Tukang ambil gambar terbaik Jawa Pos, terbaik di Fajar Grup dan pemenang lombai essai foto nasional. (beri applaus dong).
Berteman dengannya memang memberi warna lain. Dia bisa mencairkan suasana yang tegang di mana saja. Baik saat dikejar deadline maupun saat demonstrasi terutama dalam suasana santai. Joke khasnya tidak pernah bisa lepas. Satu hal yang menjadikan saya salut terhadap dia adalah sikap konsistennya. Tidak tanggung-tanggung dia kerap memberikan ‘perlawanan’ terhadap apa yang diluar nalar sehatnya. Tidak peduli terhadap siapa. Dan itu berlaku juga terhadap Tuhannya.
Tiga tahun kerap mendapat penugasan sama dengannya, tidak pernah sekalipun twk melakukan ritual agama. Mungkin saja orang bisa mengatakan saya tidak melihatnya, namun hal itu tidak cuma datang dari pribadi. Beberapa teman pun pernah mengalami hal yang sama.
Dan beberapa pengalaman ini membenarkan hal itu. Suatu hari saya mendapat tugas di Bandara Hasanuddin karena hilangnya Adam Air. Seingat saya hari itu Jum’at. Dan sebagai pilihan keyakinannya, shalat Jum’at merupakan salah satu ritual yang sangat diagungkan. Bahkan banyak orang yang sadar secara tiba-tiba di hari itu. Tapi itu tidak berlaku untuk dia. Dengan santai Twk lebih memilih untuk melewatkan hari itu dalam kedai kopi. “Saya tunggu disini mi ko’,” ujarnya.

Itu belum seberapa. Bulan puasa lalu, saya harus duet dengannya lagi. Harus ke Gowa. Jelas tidak menguntungkan mengingat kita lagi dilarang untuk makan dan minum. Kembali saya dibuat terkejut dengan ulahnya di tengah jalan. Dengan santai dia masuk ke warung makan dan melahap menu yang dipesannya. “Tidak makan ko’,” singkat dan enteng. Dan itu terjadi empat kali selama kami bersama di bulan yang sama.
Dan saya pun sempat ingin bertanya dengan dia. Tapi saya urungkan karena dia sudah memberikan penjelasan. “Tidak tahu kapan saya bisa tercerahkan seperti kau. Tapi ini lah pilihan saya dan saya coba konsisten dengan itu. Saya tidak perlu lagi bertanya-tanya hanya untuk hal yang harus dilandaskan keyakinan karena saya belum yakin,” katanya.
“Jalani pilihanmu yang sesuai hati nurani mu. Karena itu yang terbaik.”

Selasa, 27 Mei 2008

kodrat

Entah kodrat manusia atau memang kapasitas otak yang kadang macet sampai sulit lagi membuka memori-memori lama..
Hari ini saya punya kejadian unik sekaligus memalukan yang menyangkut daya ingat..
Pagi tadi niat ke bank untuk cek rekening yang terblokir. Penuh sesak. Saya jadi heran kok tanggal tua segini masih antrian masih banyak juga. Jawabannya ternyata ada pada pelayanan on-line yang tengah macet. Padahal seandainya lagi oke mungkin saya tidak harus menunggu hingga sejam lebih.
Dalam penantian selama sejam di ruang ber-ac saya jadi bosan sendiri.Untung pengalaman bersama rer-nat memberikan sedikit pelajaran tentang rasa sabar.
Back to basic.
Banyak orang yang berdesakan. Ya, iyalah namanya juga antri. Tapi ada satu yang aneh, dari sudut kanan ruangan itu. Sedari tadi saya merasa di awasi oleh seseorang. Sesosok hawa tepatnya. Saya jadi geer sendiri. Bagaimana tidak sejak masuk saat berpapasan mata dia sudah mulai tersenyum simpul. ‘Lagi bikin apa disini’. Saya jadi kaget. Dan Cuma menjawab dengan senyum sambil coba mengingat siapa orang yang baru menegur saya.
Sejam tiap kali mata beradu tatap dia kembali tersenyum. Saya jadi sempat kegeeran. Dia ternyata mendapat giliran terlebih dahulu untuk melakukan pembayaran. Begitu selesai dia jalan kearah saya yang berada dekat pintu. Kembali tersenyum sambil berkata ‘Kayaknya lupa yah sama saya. Duluan ya Guf.. ’. Kali ini tidak cuma kaget saya jadi malu dan pusing mengingat. Otak saya berputar sampai tidak bisa lagi membalas senyuman atau kata yang diucapkan.
Kejadian yang sama terulang saat makan di pujasera. Usai makan sambil menghisap rokok, sambil mengingat sosok yang menegur tadi saya kembali dikagetkan oleh sapaan seorang teman. Kali ini seorang pria seumuran saya. Sambil menepuk pundak dia coba mengakrabkan diri. ‘Halo kawan apa kabar,” kata pria itu. ‘Baik’ jawaban garing dibaluti rasa ketidaktahuan akan teman bicara. Senyum seadanya untuk menyembunyikan ketidaktahuan saya bisa ditangkap sang kawan lama. Seolah mengerti dia pun tidak malu untuk menjelaskan sebagai orang yang rumahnya sering ditempati sebagai persigngahan bolos SMP dulu. Saya pun menjabat erat tangannya sebagai obat rasa malu yang menyelimuti diri.
Jelang malam saya dapat tugas di Hotel Royal sekarang Mercure. Begitu tiba di recepsionis saya bertemu dengan sosok yang begitu lekat dalam ingatan. Saya yakin dia teman saya. Dugaan saya makin benar saat papan namanya menunjukkan abjad yang sama dengan yang ada dalam memori saya. Penuh percaya diri saya mendekati dia sambil mengeluarkan tanda pengenal untuk bisa langsung masuk dalam acara tersebut dan tentu saja sebelumnya mau berakrab ria dengan sang teman lama. Begitu tiba didepannya dia mulai tersenyum. Saya pun memberikan kartu pengenal saya. Tapi sayang seperti ada yang salah. “Maaf ada yang bisa saya bantu,” ujarnya !!!!

Minggu, 11 Mei 2008

*) sigh

pukul 5 :> bangun pagi untuk bermunajat kepadaNYA atas nikmat umur yang kembali diberikan.
5 lewat setangah jam :> harus ke Pulau Barang Caddi. Naik motor ngantuk hampir nyerempet pete-pete. Sampai disana perahu sudah ditunggu. Dapat marah karena terlambat.
pukul 6 :> berangkat dengan perahu motor. Laut indah tidak dapat dinikmati maklum masih sedikit ngantuk.
pukul 7 :> merapat dengan selamat. Ketemu orang yang dicari. Nanya sini-sana, agak tidak nyambung soalnya yang ditanya juga tidak bisa berbahasa Indonesia. Wuihhh. Habisin tiga batang rokok lagi (maaf janji belum bisa ditepati untuk berhenti menghisap rokok).
pukul 10 :> sampai lagi daratan. Diajak ngopi, ujung-ujungnya ternyata tugas. Tapi tidak masalah maklum ada secangkir kopi dan roti gratis pengganjal perut yang beulm terisi sejak tadi.
pukul 12 :> sudah harus ke gedung tinggi. Ternyata dapat ceramah, maklum banyak yang buat salah.
pukul 14 :> dapat tugas ke tanjung. Sampai disana ternyata gak jadi maklum salah informasi (terima kasih rer-nat). Balik lagi di gedung tinggi ketemu teman dari kampus.
pukul 15 :> sampai dirumah. Baru merebahkan badan dan mau menutup mata sejenak hape sudah bunyi, Fajar Mahdar calling. Harus ke karebosi. Untung ada dia yang mengingatkan untuk makan dan shalat, jadi bisa sedikit dapat tambahan darah.
pukul 16 :> ke mattoanging lagi.
pukul 18 :> sudah ada lagi di gedung tinggi.
pukul 19 :> makan dan ngerokok lagi tiga batang.
pukul 20 :> kejar garis/batas/waktu mati.
pukul 22 :> ternyata piket jadi harus tinggal
sekarang pukul 01.30 :> isi blog sambil baca sms ‘kok tidak datang inaugurasi?’

Jumat, 09 Mei 2008

dear her..

i’ll fly into your heart
to be with you till the end of time
why’re you so far away
you know is very hard time
to get my self closed to you


Entah sudah berapa lama telinga ini tidak mendengar cerita mu. Entah sudah berapa lama telinga ini tidak mendengar keluh kesah mu. Entah sudah berapa lama pula telinga ini tidak terhibur dengan sindiran dan ejekanmu..

Rasanya ingin mengulang semua itu, menghapus kata-kata sedimentasi, solidifikasi liquifaksi, persuratan dan lain-lain yang akrab dalam setahun belakangan. Dan pastinya hanya suara itu yang menjadi ramuan untuk melupakan itu semua.

Tapi entah sampai kapan hasrat ini bisa terwujud. Atau mungkin sudah tidak bisa lagi terealisasi. Saya mencoba mengerti akan itu semua. Terlalu banyak cerita, keluh-kesah dan calla’ tertahan di dalam akal pikiranmu yang membuat mu enggan lagi untuk melontarkan itu semua.

Atau kah, semua itu telah punya persinggahan lain. Telinga lain yang lebih peduli akan semua itu...

Minggu, 27 April 2008

untuk mu rer-nat

Sebenarnya tulisan ini saya ingin dedikasi kan untuk bapak saya. Tapi kata sang guru, tidak baik terlalu meratapi orang yang sudah pergi (bapak berpulang tiga tahun lalu).

Tapi karena saya orangnya memang cukup perasa jadinya tetap saja saya ingin mengucapkan selamat buat (alm) Bapak karena cita-citanya melihat anaknya jadi sarjana kembali berhasil,. Meskipun saya sudah mencoreng tradisi keluarga yang selama ini bisa menyelesaikan studinya dalam kurun waktu, kurang dari empat tahun.

Mungkin senyuman itu sudah mengembang di alam sana, atau sebaliknya Bapak masih bersedih memikirkan nasib saya yang belum punya masa depan terang.

Ahh, sudah lah, yang pastinya mudah-mudahan semangat harus maju yang selalu Bapak tanamkan sesudah shalat berjamaah di rumah masih bisa saya realisasikan.

Oh iya, tulisan ini sudah saya niat kan untuk PA saya selama menuntut ilmu di universitas, Dr. rernat. Wira Bahari Nurdin. Bukan atas bimbingannya, tapi atas gemblengannya yang sedikit bisa membuat saya paham akan makna kesabaran. Tenang Pak, nama Bapak tetap saya tulis dalam skripsi saya.

confused


God, who is she?

Selasa, 25 Maret 2008

ter-untuk-

malam ini kembali engkau bersimpuh

meminta kemudahan di hari ku

berharap berkah tercurahkan di tiap langkah ku

memohon semua yang terbaik untuk ku

bait demi bait keinginan engkau utarakan pada-Nya

dalam desah nafas dan tetesan air mata kau merajut asa

keikhlasan mu sungguh tak bertepi

ingin kubaktikan jiwa dan raga ku ini padamu

hanya untukmu..

hai engkau yang maha mengetahui,,

ijinkanlah tetesan keringat dan air mata itu menuai hasil

ijinkalah goresan tangan ini menyentuh hatinya

mengembangkan senyuman

mengembangkan senyuman

dan mengembangkan senyuman

meredakan himpitan dan tekanan batin yang didera

untuk sebuah kedamaian

untuk sebuah ketenangan

ijinkan lah….

r.e.s.t.u

Habis gagal seharian ketemu dosen yang membuat kepala pusing, saya dapat telepon dari seorang teman. Sahabat waktu SMA dulu. Orang yang rumahnya sering jadi nongkrong dulu.

Dia mengajak ketemuan, katanya lagi mau bicara. Sebenarnya lagi tidak mau keluar. Maklum, kena penyakit sinetron, bad mood karena dosen Hitler. Nada bicaranya yang memelas membuat saya setengah terpaksa mengiayakan. Siapa tau juga bisa jadi bahan ketawaan untuk mengusir stress.

Sampai disana ternyata dia sudah menunggu. Tapi dia terlihat aneh. Raut wajahnya terlihat sangat serius, tidak seperti biasanya. Nostalgia SMA pun terjadi. Bicara tentang kegilaan waktu SMA. Mulai dari bolos pelajaran, manjat pagar karena terlambat, berkelahi dengan kakak kelas, sampai menghadiahi cecak mati buat guru Matematika di hari kasih sayang yang semuanya dilakukan atas nama pencarian jati diri.


Lama kelamaan pembicaraan pun jadi makin ngelantur. Sampai di suasana hening teman lama

itu bicara dengan nada sangat serius. “Saya mau menikah,” katanya. Tidak sadar saya pun

berteriak “Wah berita bagus. Selamat,” kata ku sambil memukul bahunya.

Tapi ekspresinya mengisaratkan sebuah masalah dengan kata yang baru di ucapkannya.

Setelah kembali diam, dia bercerita. “Kami mau tapi orang tuanya tidak setuju. Uang saya tidak

cukup untuk mendapat restu orang tuanya,” keluhnya.


Rasa sakitnya yang terpenjara mulai mengalir dengan hardikan dan umpatan. Penuh emosional. Katanya dia diwajibkan untuk memenuhi beberapa syarat. Mulai dari uang lima puluh juta yang harus disediakan sebagai tanda jadi, beberapa buah mahar tambahan, dan tentu saja perhiasan emas bergram-gram.

“Restu orangtuanya sangat mahal untuk orang yang cuma bekerja sebagai karyawan biasa kayak saya,” gerutunya dengan nada emosional. “Apakah semuanya harus diukur dengan materi.”

Dia pun tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Tiga bulan masa jatuh tempo dari calon mertua pun tidak mungkin lagi bisa ditepatinya untuk memenuhi persyaratan yang diminta. Pacarnya pun hanya bisa pasrah dengan itu. Kedunya sudah frustasi terhadapan aturan konyol dan gila yang masih dianut orang tua sang pacar.


Saya hanya diam. Dibaluti ketakutan dan kecemasan tentang mahalnya nilai restu yang seolah mengikuti nilai tukar dolar terhadap rupiah. Saya hanya diam sambil berfikir tentang pencetus ide gila ini.

Penasaran dengan kejadian itu saya pun bertanya dengan emak saya tentang tata cara pernikahan yang dianut kaum Bugis-Makassar. Dan intinya keseluruhan itu hanya untuk melihat kesungguhan calon laki-laki sebelum jadi bagian keluarga!!!!!!

Kesungguhan harus diukur dengan modal materi? Kalo begitu pernikahan hanya buat orang kaya!!

f*#k rule’s, f*#k rule’s, f*#k rule’s, f*#k rule’s, f*#k rule’s!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Bukankah ada ajaran yang meminta kita untuk menyegerakan menikah untuk menyempurnakan sebagian agama. Bukan kah ada komentar orang suci yang mengajarkan kita agar mahar disesuaikan dengan kemampuan pria. Bukan kah berlebih-lebihan merupakan teman dari iblis.

“Apa yang harus saya perbuat untuk bisa memenuhi syarat itu? Haruskah saya berutang. Jadi pencuri atau apa?” tanyanya.

Saya hanya bisa diam untuk kembali merenung dan meratapi nasib. Memikkirkan kemungkinan akan menjadi jejaka selamanya, seperti putusan yang diambil sang teman lama.

Gilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………………………………………!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Jumat, 21 Maret 2008

????




"ketika seseorang telah menikah, maka dia telah menyempurnakan separuh agama. Maka hendaklah dia bertakwa kepada Alloh dalam separuh yang tersisa"(HR.Baihaqi)



aku tersenyum untuknya, aku marah untuknya..

menapaki hari-hari bersama dengannya, seperti mimpi indah yang tak bertepi..

tanpa pertemuan juga tegur sapa..

tapi ikatan hati ini selalu terkait indah dengannya..

berkata tidak harus berlisan, cukup hati yang berbicara..

Senin, 10 Maret 2008

the answers is...

the answer is…

malam ini (kembali) mataku tidak bisa terpejam. Sudah lebih sebulan hal ini saya alami.
Iseng bertanya pada kakak ku tentang keluhan yang sebenarnya tidak terlalu merisaukan ini. Dia memvonis kalo saya terkena insomnia.
“Hebat juga orang ini. Belum lagi saya diperiksa sudah bisa bilang kalo saya kena insomnia,” kata ku dalam hati.

Beberapa pil pun diberikan, semacam obat tidur. Katanya biar bisa tidur lebih cepat. Waduh gawat, bukannya hal yang dipaksakan akan berefek samping pada organ. Kuabaikan sarannya. Obat kantuk itu pun cuma saya letakkan dalam lemari.

Saya pun memilih untuk merapikan kamar yang memang sudah jauh dari standar kebersihan. Pikir sehat, mungkin kalo sedikit kecapean bisa membuat saya lebih cepat tidur. Pekerjaan membersihkan (baca : membongkar) pun dimulai.

Lagi asyik-asyik membersihkan (baca : membongkar) isi kamar, mata saya nanar menangkap secarik kertas. Kertas lusuh yang ternyata berisi sebuah pesan. Pesan dengan tulisan khas. Tulisan khas sang pembimbing. Pesan yang ternyata dituliskan Bapak empat bulan sebelum kepergiannya menghadap sang Ilah.

HARAPAN BAPAK UNTUK ANAK-ANAK

TEGAKKAN SHALAT DENGAN TERTIB DAN TEPAT WAKTU
SIAPKAN WAKTU SETIAP HARI :
UNTUK MEMBACA AL-QUR’AN WALAUPUN HANYA 10 MENIT
BERDOA DAN BERISTIGHFAR KEPADA ALLAH BAIK DALAM KEADAAN
SUSAHTERUTAMA DALAM SUASANA SENANG.

RAHMAT ALLAH SELALU MENYERTAI KITA.. AMIEN

JANUARI 2005

Terima kasih Tuhan atas takdir mu yang mengharuskan saya menjadi orang yang insomnia akhir-akhir ini. Terima kasih Tuhan yang telah mempertemukan ku dengan pesan Bapak. Saat ini pun saya tidak akan menuntut lagi. Saya teramat sangat paham, mengapa di tiga tahun kepergiannya dia tidak pernah mendatangiku, minimal untuk memarahiku dalam mimpi!!!
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates