Selasa, 25 Maret 2008

ter-untuk-

malam ini kembali engkau bersimpuh

meminta kemudahan di hari ku

berharap berkah tercurahkan di tiap langkah ku

memohon semua yang terbaik untuk ku

bait demi bait keinginan engkau utarakan pada-Nya

dalam desah nafas dan tetesan air mata kau merajut asa

keikhlasan mu sungguh tak bertepi

ingin kubaktikan jiwa dan raga ku ini padamu

hanya untukmu..

hai engkau yang maha mengetahui,,

ijinkanlah tetesan keringat dan air mata itu menuai hasil

ijinkalah goresan tangan ini menyentuh hatinya

mengembangkan senyuman

mengembangkan senyuman

dan mengembangkan senyuman

meredakan himpitan dan tekanan batin yang didera

untuk sebuah kedamaian

untuk sebuah ketenangan

ijinkan lah….

r.e.s.t.u

Habis gagal seharian ketemu dosen yang membuat kepala pusing, saya dapat telepon dari seorang teman. Sahabat waktu SMA dulu. Orang yang rumahnya sering jadi nongkrong dulu.

Dia mengajak ketemuan, katanya lagi mau bicara. Sebenarnya lagi tidak mau keluar. Maklum, kena penyakit sinetron, bad mood karena dosen Hitler. Nada bicaranya yang memelas membuat saya setengah terpaksa mengiayakan. Siapa tau juga bisa jadi bahan ketawaan untuk mengusir stress.

Sampai disana ternyata dia sudah menunggu. Tapi dia terlihat aneh. Raut wajahnya terlihat sangat serius, tidak seperti biasanya. Nostalgia SMA pun terjadi. Bicara tentang kegilaan waktu SMA. Mulai dari bolos pelajaran, manjat pagar karena terlambat, berkelahi dengan kakak kelas, sampai menghadiahi cecak mati buat guru Matematika di hari kasih sayang yang semuanya dilakukan atas nama pencarian jati diri.


Lama kelamaan pembicaraan pun jadi makin ngelantur. Sampai di suasana hening teman lama

itu bicara dengan nada sangat serius. “Saya mau menikah,” katanya. Tidak sadar saya pun

berteriak “Wah berita bagus. Selamat,” kata ku sambil memukul bahunya.

Tapi ekspresinya mengisaratkan sebuah masalah dengan kata yang baru di ucapkannya.

Setelah kembali diam, dia bercerita. “Kami mau tapi orang tuanya tidak setuju. Uang saya tidak

cukup untuk mendapat restu orang tuanya,” keluhnya.


Rasa sakitnya yang terpenjara mulai mengalir dengan hardikan dan umpatan. Penuh emosional. Katanya dia diwajibkan untuk memenuhi beberapa syarat. Mulai dari uang lima puluh juta yang harus disediakan sebagai tanda jadi, beberapa buah mahar tambahan, dan tentu saja perhiasan emas bergram-gram.

“Restu orangtuanya sangat mahal untuk orang yang cuma bekerja sebagai karyawan biasa kayak saya,” gerutunya dengan nada emosional. “Apakah semuanya harus diukur dengan materi.”

Dia pun tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Tiga bulan masa jatuh tempo dari calon mertua pun tidak mungkin lagi bisa ditepatinya untuk memenuhi persyaratan yang diminta. Pacarnya pun hanya bisa pasrah dengan itu. Kedunya sudah frustasi terhadapan aturan konyol dan gila yang masih dianut orang tua sang pacar.


Saya hanya diam. Dibaluti ketakutan dan kecemasan tentang mahalnya nilai restu yang seolah mengikuti nilai tukar dolar terhadap rupiah. Saya hanya diam sambil berfikir tentang pencetus ide gila ini.

Penasaran dengan kejadian itu saya pun bertanya dengan emak saya tentang tata cara pernikahan yang dianut kaum Bugis-Makassar. Dan intinya keseluruhan itu hanya untuk melihat kesungguhan calon laki-laki sebelum jadi bagian keluarga!!!!!!

Kesungguhan harus diukur dengan modal materi? Kalo begitu pernikahan hanya buat orang kaya!!

f*#k rule’s, f*#k rule’s, f*#k rule’s, f*#k rule’s, f*#k rule’s!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Bukankah ada ajaran yang meminta kita untuk menyegerakan menikah untuk menyempurnakan sebagian agama. Bukan kah ada komentar orang suci yang mengajarkan kita agar mahar disesuaikan dengan kemampuan pria. Bukan kah berlebih-lebihan merupakan teman dari iblis.

“Apa yang harus saya perbuat untuk bisa memenuhi syarat itu? Haruskah saya berutang. Jadi pencuri atau apa?” tanyanya.

Saya hanya bisa diam untuk kembali merenung dan meratapi nasib. Memikkirkan kemungkinan akan menjadi jejaka selamanya, seperti putusan yang diambil sang teman lama.

Gilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………………………………………!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Jumat, 21 Maret 2008

????




"ketika seseorang telah menikah, maka dia telah menyempurnakan separuh agama. Maka hendaklah dia bertakwa kepada Alloh dalam separuh yang tersisa"(HR.Baihaqi)



aku tersenyum untuknya, aku marah untuknya..

menapaki hari-hari bersama dengannya, seperti mimpi indah yang tak bertepi..

tanpa pertemuan juga tegur sapa..

tapi ikatan hati ini selalu terkait indah dengannya..

berkata tidak harus berlisan, cukup hati yang berbicara..

Senin, 10 Maret 2008

the answers is...

the answer is…

malam ini (kembali) mataku tidak bisa terpejam. Sudah lebih sebulan hal ini saya alami.
Iseng bertanya pada kakak ku tentang keluhan yang sebenarnya tidak terlalu merisaukan ini. Dia memvonis kalo saya terkena insomnia.
“Hebat juga orang ini. Belum lagi saya diperiksa sudah bisa bilang kalo saya kena insomnia,” kata ku dalam hati.

Beberapa pil pun diberikan, semacam obat tidur. Katanya biar bisa tidur lebih cepat. Waduh gawat, bukannya hal yang dipaksakan akan berefek samping pada organ. Kuabaikan sarannya. Obat kantuk itu pun cuma saya letakkan dalam lemari.

Saya pun memilih untuk merapikan kamar yang memang sudah jauh dari standar kebersihan. Pikir sehat, mungkin kalo sedikit kecapean bisa membuat saya lebih cepat tidur. Pekerjaan membersihkan (baca : membongkar) pun dimulai.

Lagi asyik-asyik membersihkan (baca : membongkar) isi kamar, mata saya nanar menangkap secarik kertas. Kertas lusuh yang ternyata berisi sebuah pesan. Pesan dengan tulisan khas. Tulisan khas sang pembimbing. Pesan yang ternyata dituliskan Bapak empat bulan sebelum kepergiannya menghadap sang Ilah.

HARAPAN BAPAK UNTUK ANAK-ANAK

TEGAKKAN SHALAT DENGAN TERTIB DAN TEPAT WAKTU
SIAPKAN WAKTU SETIAP HARI :
UNTUK MEMBACA AL-QUR’AN WALAUPUN HANYA 10 MENIT
BERDOA DAN BERISTIGHFAR KEPADA ALLAH BAIK DALAM KEADAAN
SUSAHTERUTAMA DALAM SUASANA SENANG.

RAHMAT ALLAH SELALU MENYERTAI KITA.. AMIEN

JANUARI 2005

Terima kasih Tuhan atas takdir mu yang mengharuskan saya menjadi orang yang insomnia akhir-akhir ini. Terima kasih Tuhan yang telah mempertemukan ku dengan pesan Bapak. Saat ini pun saya tidak akan menuntut lagi. Saya teramat sangat paham, mengapa di tiga tahun kepergiannya dia tidak pernah mendatangiku, minimal untuk memarahiku dalam mimpi!!!
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates